MEULABOH - Tidak kurang 100 honorer kategori 2
(K2) yang tidak lulus seleksi CPNS,
Selasa kemarin demo di Meulaboh, Aceh Barat. Seorang pria bersenjata pedang
mengamuk dan merusak Kantor BKPP. Demo juga diwarnai suasana duka karena
seorang perempuan peserta aksi yang dilarikan ke rumah sakit akibat kelelahan
akhirnya meninggal dunia.
Pantauan Serambi, tidak kurang 100 honorer K2
yang gagal seleksi CPNS
mengamuk di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Aceh
Barat, Selasa kemarin. Amuk massa itu bermula ketika seorang honorer bersenjata
pedang memecahkan sejumlah kaca jendela Kantor BKPP. Kepala BKPP, Bambang Surya
Bakti bersama staf-nya terpaksa lari pontang-panting menyelamatkan diri dari
amuk pria berpedang itu.
Pada awalnya aksi demo berjalan tertib ditandai
dengan penyampaian aspirasi ke BKPP. Namun tanpa diduga sekitar pukul 09.30
WIB, dalam kerumuman massa muncul seorang honorer bersenjata pedang menyerang
ke arah kantor sambil memecahkan kaca jendela kantor tersebut. Amukan laki-laki
berpedang itu memancing sejumlah honorer lainnya melakukan aksi pengrusakan.
Tidak kurang delapan jendela kantor rusak dan sejumlah mobiler (bangku)
dibanting oleh demonstran yang semakin tak terkendali.
Ketika aksi berlangsung, Kantor BKPP hanya dijaga
oleh Satpol PP/WH. Akibatnya, Kepala BKPP, Bambang Surya Bakti yang sebelumnya
ikut menerima massa terpaksa melarikan diri, sebab takut menjadi sasaran
amukan. Selain Kepala BKPP, staf dan pejabat terkait di BKPP dan Satpol PP/WH
juga mengambil langkah mundur. Apalagi honorer yang membawa pedang sempat
mengibas-ngibaskan senjata tajam itu secara membabibuta.
Sekitar pukul 22.00 WIB tadi malam, honorer K2 di
Aceh Barat terhenyak dengan kabar duka meninggalnya seorang rekan mereka
bernama Rasmanidar (38) yang ikut pada aksi demo di Meulaboh, Selasa kemarin.
Rasmanidar sehari-hari bertugas sebagai guru
honor di SMPN 3 Kaway XVI namun namanya tak muncul dalam pengumuman kelulusan CPNS tahun ini. Akhirnya Rasmanidar bersama kawan-kawannya
melancarkan aksi protes.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun Serambi,
Rasmanidar yang berstatus janda beranak tiga itu dilarikan ke RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh sekitar pukul 12.00 WIB kemarin karena kelelahan pada saat demo
di DPRK. Namun sekitar pukul 22.00 WIB tadi malam, Rasmanidar meninggal dunia
ketika masih dalam perawatan tim medis. Jenazahnya dibawa pulang ke rumah duka
di Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh.
Dokter jaga di RSUD Cut Nyak Dhien, Rita yang
ditanyai Serambi tadi malam mengatakan, korban sempat dirawat di ICU karena tekanan darahnya naik.
“Korban memiliki riwayat darah tinggi dan ditambah kelelahan,” kata Rita
didampingi Kepala Tata Usaha RSU Cut Nyak Dhien, Afrizal.
Aksi demo honorer K2 di Meulaboh kemarin selain
berakhir dengan kematian seorang peserta aksi, juga kerusakan Kantor BKPP Aceh
Barat dan ditangkapnya empat orang demonstran yang diduga melakukan
pengrusakan.
Keempat honorer yang ditangkap dan hingga tadi
malam masih ditahan adalah Yupriadi/Awet, Irfan, Yuli Supriadi, dan Mukhlis.
Massa sempat mendatangi Mapolres Aceh Barat mendesak agar rekan-rekan mereka
yang ditahan dilepas. Namun pihak kepolisian tidak menanggapi desakan itu dan
akan tetap memproses sesuai hukum. “Mereka kita tahan dulu untuk dimintai
keterangan,” kata Kapolres Aceh Barat, AKBP Faisal Rivai. Sekitar pukul 18.00
WIB, massa meninggalkan Mapolres Aceh Barat.
Honorer K2 yang tak lulus seleksi CPNS, kembali mendatangi Kantor
Bupati Bireuen, Selasa kemarin. Karena tak berhasil menemui bupati, enam
perwakilan honorer didampingi Pengurus Koalisi Guru Bersatu (Kobar-GB) M Jafar
dan Pengurus Solidaritas Guru Muda Aceh (SiGMA) Bireuen, Alfian diterima Sekda
Bireuen, Ir Zulkifi sekitar pukul 12.30 WIB.
Di hadapan perwakilan hononer K2, Sekda Bireuen
mengatakan, “Kami semua termasuk Pak Bupati siang malam memikirkan nasib K2
yang belum lulus.”
Aspirasi yang disampaikan honorer K2 ke Pemkab
Bireuen meliputi; berkas mereka diusulkan kembali ke Menpan, utamakan K2 yang
tua-tua, K2 diangkat tanpa tes diprioritaskan dengan berbagai cara, tidak ada
lagi honorer siluman, dan memperjuangkan nasib K2 ke gubernur agar diberikan
honor khusus.
Kepala BKPP Bireuen, Drs M Isa MM membantah
informasi yangmenyebutkan salah seorang honorer K2 yang lulus atas nama Mutia
Sari adalah anaknya. “Mutia Sari yang lulus itu bukan anak saya, ia
adalah warga Jangka pegawai honor di Kantor Camat Jangka, sedangkan Mutia
Sari anak saya belum cukup syarat sebagai tenaga honor K2,” kata Isa. Isa
menambahkan, isu tersebut sengaja diembuskan pihak tertentu untuk
mendeskriditkan dirinya.
Sumber : http://aceh.tribunnews.com
Sumber : http://aceh.tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar