Sabtu, 22 Oktober 2022

Koneksi Antar Materi 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Informasi Halaman :
Author : Samsul Bahri, berdomisili di Aceh Tamiang - Indonesia.
Judul Artikel : Koneksi Antar Materi 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
URL : http://samsul-samba.blogspot.com/2022/10/koneksi-antar-materi-31-pengambilan.html
Bila berniat mencopy-paste artikel ini, mohon sertakan link sumbernya. ...Selamat membaca.!

 

Alhamdulillah saya sudah di tahap modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dan menyelesaikan pada Koneksi Antar Materi. Pada tahap ini saya akan berusaha menguraikan kesimpulan dari pemahaman yang saya peroleh setelah mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan guru penggerak di LMS.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, tentunya guru sering dihadapkan dalam situsi dimana diharuskan mengambil suatu keputusan, dan keberhasilan seorang pemimpin dalam mengambil salah satu tugas tersulit tersebut yaitu bagaimana ia mampu mengambil sebuah keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini secara langsung atau tidak langsung dapat menentukan arah dan tujuan lembaga yang dipimpin.

Menjadi guru yang mampu mengambil keputusan efektif tentunya tidak terlepas dari pengaruh dan pandangan
Ki Hajar Dewantara yakni sistem among dan juga Pratap Triloka. Dalam hal ini guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan karakater bagi peserta didik. Selain itu integrasi Pratap Triloka menjadi sangant penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Terdapat 3 unsur penting pada Pratap Triloka yaitu : 1) Ing ngarsa sung tulada 2) Ing madya mangun karsa dan 3) Tut wuri handayani. Ini berarti bahwa seorang pemimpin pembelajaran haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang yang dipimpin terhadap dirinya. Pemimpin pembelajaran harus mampu membangun Kerjasama dengan orang yang dipimpinnya, sehingga diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus orangtua di sekolah dan juga mampu menjadikan peserta didik terampil dalam mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya. Selain itu memberikan kesempatan pada murid untuk maju dan berkembang. Inilah salah satu fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator untuk membantu murid dalam melejitkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Untuk memutuskan suatu keputusan sangat dipengaruhi dengan nilai-nilai yang tertanam didalam diri kita Nilai-nilai bagaikan gunung es yang hanya terlihat kecil dipermukaan air tetapi merupakan bagian yang besar di dalam alam bawah sadar kita. Maka penting untuk memupuk nilai-nilai positif dalam diri kita yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang kita ambil dikemudian hari.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pada sesi kolaborasi kami diarahkan untuk mempraktikkan Coaching yang sebelummnya kami PGP dibimbing oleh Fasilitator untuk melakukan praktik menjadi Coach dan Coachee, kegiatan kolaborasi ini sangat bermafaat sehinggan membantu proses berlatih saya menjadi coach dan coachee. Dengan melakukan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan, membantu saya untuk memahami bagaimana sebuah keputusan diambil dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kebijakan universal. Sesi coaching dengan pengajar praktik pada saat pendampingan juga membantu saya untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri saya sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dalam mengambil sebuah keputusan yang berdampak positif pada peserta didik.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik dalam menjalankan perannya sering dihadapkan dalam situasi yang meragukan hingga menyebabkan timbulnya rasa takut untuk mengambil keputusan. Ketika seorang guru dihadapkan dalam dilema etika ataupun bujukan moral, maka prinsip dan paradigma yang tepat dapat membantunya untuk mengambil keputusan. Sedangkan dalam kasus moral, , nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seorangg guru akan menjadi penentu putusan yang diambil. Guru harus memiliki karakter tegas, bertanggung jawab, berintegritas, hingga pada komitmen yang tinggi agar bisa menjadi dasar penentuan keputusan. Oleh karena itu, sangat penting sekali peningkatan nilai-niai kebajikan dalam diri seorang guru terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Guru harus tegas mengatakan benar jika hal tersebut memang benar, dan salah jika kondisi yang ada dihadapannya adalah sebuah kesalahan. Melalui 9 langkah pengujian keputusan, seorang guru akan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya terutama pada proses uji intuisi yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianut.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan, butuh keterampilan dan pengalaman bagi seorang pemimpin. Dalam proses pengambilan keputusan dapat dilakukan 9 langkah pengujian keputusan, teknik percakapan coaching dan kemampuan mengelola kompetensi sosial dan emosional pada diri seorang pengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh dalam menghadapi berbagai pilihan dan konsekuensi yang mungkin muncul dari keputusan yang dipilih.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tentu saja ada tantangan yang menghambat dalam menjalankan keputusan yang sudah diambil sebagai penyelesaian masalah terkait dilem etika. Hambatan ini berkaitan erat dengan perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah megakar puluhan tahun lamanya. Tantangan yang terjadi diantaranya adalah yang pertama berhubungan dengan sistem yang memaksa pengambilan keputusan yang dilakukan dengan tergesa-gesa sehingga kurang tepat / cenderung salah dan tidak menunjukkan keberpihakan pada murid. Yang kedua berhubungan erat dengan kurangnya komitmen bersama dalam berpartisipasi untuk mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah dan komitmen untuk menjalankan hasil dari keputusan bersama. Yang ketiga adalah masih kentalnya budaya tidak enak atau menganggap jika dalam mengambil keputusan adalah hak mutlak kepala sekolah sebagai pemimpin. Sehingga ada kesan bahwa pengambilan keputusan dilakukan tanpa melibatkan guru atau tidak perlu koordinasi dengan rekan guru dan menyulitkan dalam pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan kasus-kasus dilema etika.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Menurut saya idealnya sebuah keputusan haruslah bermuara pada keberpihakan pada murid. Ketika sebuah keputusan dibuat dengan mengedepankan kepentingan dan kebutuhan murid maka akan terwujud pengajaran yang memerdekakan murid.  Sebuah pembelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat murid, mampu menggali potensi diri murid serta yang terpenting adalah mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.Yang dapat dilakukan seorang guru untuk mewujudkan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda adalah dengan mengetahui karakteristik murid kita dan mengetahui kebutuhan belajar murid. Keputusan yang diambil tidak boleh merampas hak murid dalam belajarnya sehingga merdeka belajar bukan lagi hanya sebatas wacana konsep semata namun dapat terwujud nyata dalam pembelajaran sehingga terwujudnya pembelajaran yang mengakomodasi setiap potensi dan karakter murid yang berbeda-beda adalah praktik nyata merdeka belajar untuk mencapai profil pelajar pancasila.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Mengutip kembali pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan, dimana diibaratkan sebuah ladang dan murid kita adalah benihnya dengan guru sebagai petaninya. Seorang guru bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih agar agar mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan yang diambil oleh guru akan berpengaruh terhadap masa depan murid. Guru dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harusnya memikirkan kebutuhan murid dan keberpihakannya pada murid.  Setiap keputusan yang diambil harusnya berdasarkan pada pemetaan kebutuhan belajar murid,  sehingga dapat menggali potensi yang dimiliki dengan mampu mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan bakat minatnya serta selaras dengan kodrat alam kodrat zamannya. Seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan dengan tepat dengan keberpihakannya pada murid akan menciptakan kondisi ideal yang memberikan dampak akhir mewujudkan pembelajaran yang well-being untuk masa depan yang lebih baik.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Salah satu peran calon guru penggerak adalah menjadi pemimpin pembelajaran yang mengedepankan pendidikan berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan KHD. Dalam menjalan tugas sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan menghadapi situasi dilema etika dan memerlukan suatu keputusan yang tepat. Keputusan yang diambil haruslah selaras dengan nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini bersama yang diejawantahkan sebagai budaya positif di sekolahnya. Pada proses pengambilan keputusan tersebut harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan dapat dilakukan dengan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, menerapkan percakapan coaching dan menerapkan kompetensi sosial dan emosional pada diri seorang pemimpin pembelajaran. Setiap keputusan yang dipilih harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dapat dipertanggung jawabkan dan berpihak pada murid.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mempelajari modul 3.1 saya menjadi lebih mampu memahami dan menganalisis kasus yang termasuk dalam bujukan modal (kondisi benar lawan salah, berhubungan dengan aturan/hukum) dan dilema etika (kondisi benar lawan benar, terkadang menjadi dua sisi benar namun saling bertentangan. Dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat (individual vs community), paradigma rasa keadilan dan rasa kasihan (justice vs mercy), paradigma kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang (short tem vs long term). Paradigma ini digunakan dalam mempertajam analisis mengenai sebuah kasus berdasarkan nilai-nilai yang saling bertentangan.Selain paradigma, saya juga memahami mengenai 3 prinsip pengambian keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Prinsip ini digunakan sebagai arah pengambilan keputusan yang akan diambil menuju keputusan yang paling sesuai.Yang terakhir adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu mengenalai nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan.Hal yang diluar dugaan selama saya mempelajari modul 3.1 adalah sekat tipis yang kadang membingungkan antara bujukan moral dan dilema etika. Pada awal mempelajari modul ini saya merasa terjebak saat sedang menganalisis sebuah kasus terkait dilema etika yang saya identifikasi sebagai kasus bujukan moral.  Bahkan selama ini dalam mengambil keputusan saya cenderung hanya mendasarkan pada peraturan yang ada sehingga cenderung kaku dan merasa untuk melenceng atau mendasarinya tidak berdasarkan peraturan itu sangat sulit dilakukan. Ketika dalam kegiatan raung kolaborasi untuk menganalisis sebuah kasus pemahaman saya mengenai dilema etika menjadi lebih tercerahkan, ada kalanya saat dihadapkan pada sebuah kasus dan diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat maka kita sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak ada salahnya untuk melenceng dari peraturan yang ada namun tetap berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Sehingga 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan saya.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan dilema etika. Keputusan yang saya ambil lebih banyak didasarkan pada nilai-nilai yang saya pegang sebagai prinsip hidup, berdaasarkan pada intuisi dengan mengibaratkan saya ada dalam posisi tersebut maupun dengan mengedepankan kepedulian terhadap orang lain. Sehingga berdasarkan pengalaman saya maka care-based thinking merupakan prinsip yang dipakai scara umum dalam pengambilan keputusan selama ini. Selain itu juga ketiika saya merasa binggung dalam mengambil keputusan dengan menganalisis tepat atau tidak untuk dapat menyelesaiakan masalah, saya bianya meminta second opinion baik dari rekan sejawat ataupun keluarga bahkan guru-guru senior yang merupakan panutan saya. Sehingga akan muncul alternatif pemecahan masalah yang terkadang tidak terpikirkan. Walaupun langkah-langkah pengambilan keputusan saya tidak sama dengan yang saya pelajari dari modul 3.1, namun saya rasa ada beberapa langkah yang serupa dan sama dalam penerapannya.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak nyata yang sara rasakan adalah saya lebih mampu menganalisis kasus/masalah yang dihadapi termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika. Sehingga akan lebih memudahkan arah saya dalam pengambilan keputusan yang tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Dan juga saya lebih yakin akan keputusan yang dibuat, karena dengan mempelajari 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan membuat saya lebih bisa menimbang apakah keputusan yang diambil sudah tepat ataupun masih kurang tepat. Saya merasa masih tetap harus belajar lebih banyak lagi mengenai praktik pengambilan keputusan sebagai seorang  pemimpin pembelajaran baik melalui kajian literasi ataupun berbagi dan sharing bersama rekan sejawat. 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya setelah mempelajari modul ini dampak yang paling jelas terasa adalah pengetahuan yang didapatkan dalam pengambilan keputusan yang tepat dan efektif, tidak gegabah dalam mengambil keputusan, menganalisis dengan lebih mendalam sebuah masalah baik sebagai manusia individu maupun sebagai seorang pendidik. Pengambilan keputusan dengan melibatkan orang lain sebagai panutan atau sekedar sharing agar memunculkan opsi lain yang tidak terduga perlu dilakukan dan yang paling utama adalah semua keputusan yang dibuat harus mengandung nilai-nilai kebajikan universal. Dengan mempelajari modul 3.1 saya menjadi lebih memahami jika dalam proses pengambilan sebuah keputusan perlu dilakukan dengan alur yang jelas dan runtut, dan langkah awal paling penting ada mengidentifikasi masalah tersebut termasuk dalam bujukan modal atau dilema etika sehingga akan memudahkan arah dan tujuan pengambilan keputusan agar tidak membuat kita terjebak dalam kondisi yang salah yang membuat pengambilan keputusan juga tidak tepat.


Salam Bahagia

Samsul Bahri, S.Pd.I

CGP A.5 Aceh Tamiang


Terima kasih atas kunjungannnya, komentar Anda sangat bermanfaat bagi kemajuan Informasi di Blog ini. Untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di http://samsul-samba.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar